headerphoto

Oleh-oleh Dari Negeri Serumpun




Pendaki gunung sahabat alam sejati
Jaketmu penuh lambang, lambang kegagahan
Memproklamirkan dirimu pencinta alam
Sementara maknanya belum kau miliki
Ketika aku daki dari gunung ke gunung
Disana kutemui kejanggalan makna
Banyak pepohonan merintih kepedihan
Dikuliti pisaumu yang tak pernah diam
Batu – batu cadas merintih kesakitan
Ditikam belatimu yang bermata
Hanya untuk mengumumkan pada khalayak
Bahwa disana ada kibar benderamu…
Oh alam.. korban keakuan
Oh alam.. korban keangkuhan
Maafkan mereka yg tak mau mengerti

Kesindir gak ya ketika kita membaca syair lagu di atas?(aku gak tahu lagu siapa dan belum pernah denger) maaf mbak dian aku petik tulisanmu(dari jejak petualang@yahoogroups.com) .
Kawan-kawan MAPALA (pecinta alam, penggiat alam bebas/penikmat alam bebas) yang tercinta, mari kita renungkan sejenak tulisan di atas, benarkah kita seperti itu? Banggakah kita dengan status pecinta alam?Sadarkah kita bahwa pecinta alam juga bagian dari perusak alam? Kalau kita cermati pecinta alam dan perusak alam itu batasannya sangat tipis, apa bedanya kita (pecinta alam)dengan orang yang hanya sekedar mendaki gunung, membawa makanan instant dan kemudian membuang sampah di gunung?Membaca kisah mbak dian(maaf kalau saya salah nama) kita harusanya nyadar dan malu, pengelolaan wisata petualangan di Indonesia belum sebagus di Gunung Ledang Johor, ada entrance fee, camp site, guide, dll. Bahkan Untuk deposit sampah juga ada, artinya sampai permasalahan sampah di gunung tersebut secara detail sangat di perhatikan (sudah adakah di Indonesia yang menggunakan jaminan seperti itu?) pengalaman aku ketika mendaki Gunung di Indonesia (ceritanya sok tahu tapi belum keliling Indonesia seh...) yang secara detail diperiksa seperti itu hanya gunung Semeru (kata temen-temen gunung Gede pangrango juga ya?), itupun tidak menjamin pendaki gunung tidak akan membuang sampah sembarangan, terbukti masih banyak sampah yang tertinggal(tidak dibawa turun) terutama di pos kalimati (ada bak sampah seh tapi tetep aja gak bersih, mang siapa yang mau bawa ke TPA?)Bahkan gunung Rinjani tercinta yang notabene bertaraf Internasional (kayak hotel bintang lima ya?aku tulis bertaraf internasional karena banyak bule luar negeri yang mendaki hehehe. ) sistem pendakiannya belum seketat gunung Ledang johor, kita hanya menyewa guide tanpa ada jaminan deposit sampah, artinya sistem pendakian di sini hanya melihat gunung hanya sebagai asset ekonomi warga sekitar tanpa ada pemeliharaan aset wisata petualangan tersebut. Kita seharusnya iri dengan gunung Ledang Johor, kalau aku bayangkan seh kayaknya jauh banget lho fasilitasnya, di rinjani banyak toilet setiap Posnya tapi (maaf)jorok bgt. Bahkan banyan toilet yang tumbang, apalagi ngarepin
ada stop kontak di setiap pos untuk bisa charger HP (jauh pangang dari api kalee).
Kita bisa belajar banyak dengan sistem di gunung Ledang johor (jangan hanya konfrontasi terus dengan negeri serumpun kalee). betul kata mbak dian sehebat-hebatnya gunung di luar negeri lebih baik gunung di Indonesia (ceritanya nasionalis dunk) walaupun sistemnya belum sebagus gunung Ledang Johor. So .....mari kita sebagai komunitas penggiat alam bebas jadikanlah diri kita pioneer pejuang lingkungan.... dan kita bantu program wisata petualang dari pemerintah RI dengan cara kita...(sayangnya kita bukan bagian dari Stake Holder negara ini hehehehe...mimpi kali yee)

Special Thanks to : mbak dian atas tulisan pengalaman di gunung Ledang johor salam ya buat suami, salam kenal untuk kalian berdua.
Bisa gak yaa kapan2 kita naik bareng di gunung Indonesia???(aku tunggu di gunung Slamet, Purwokerto Jawa Tengah

link poto: http://dieend18. multiply. com/photos/ album/162


3 komentar:

ntu puisinya bagus tapi sama fotonya nggak nyambung,he3x kabur :)

hehehehe aku aja mikirnya dari awal kayak gitu kok......besok tak kasih gambar yang bagus dech barusan ja upload... tu bukan puisi jeng tapi lagu kok

Itu lagu "pendaki gunung" lagu jadul pengarang & penyanyinya Ulisigar Rusadi

Nice artikel... salut..