headerphoto

pendidikan lanjut AM XIII

Pendidikan lanjut yang selanjutnya disebut dikjut merupakan tahapan kelanjutan pendidikan setelah pendidikan dasar atau rekruitmen anggota baru di KMPA FAKTAPALA. Setelah melakukan pendidikan latihan dasar (DIKLATSAR) angkatan XIII pada bulan 28 November- 5 Desember 2008 dan resmi menyandang nama Anggota Muda (AM) KMPA FAKTAPALA. Tahapan selanjutnya pada bulan sekarang ini tepatnya tanggal 3 – 8 januari anggota muda KMPA FAKTAPALA STAIN Purwokerto melakukan pendidikan lanjut. Kalau dalam pendidikan dasar hampir seluruh keilmuan tentang keorganisasian sampai keilmuan tentang dasar-dasar kepecinta alaman di terapkan secara global, baik secara teori maupun praktek dilaksanakan.
Maka selanjutnya pada pelaksanaan pendidikan lanjut maka keilmuan yang dilaksanakan mulai spesifik diterapkan mulai keilmuan di Gunung Hutan (GH) dari mulai navigasi darat, orienteering, survival dan lain sebagainya, Lingkungan Hidup (LH) mulai assesment penduduk pinggir hutan, sampai penelitian jenis tanaman yang ada di hutan dan lain sebagainya, untuk pelaksanaan dikjut GH dan LH dilaksanakan di daerah lereng gunung Slamet lereng selatan, mulai dari desa Kalipagu sampai ke wilayah hutan di area igirdawa dan kalimanggis. Setelah pelaksanaan dikjut GH dan LH maka pelaksanaan dikjut Kemudian berlanjut di Gombong berupa pelaksanaan dikjut caving yaitu pelatihan maping dan eksplor gua serta SRT (Single Rope Technik) di gua Petruk dan gua Liyah, kemudian dilanjut dengan pelatihan panjat tebing di tebing putih sebelah gua petruk.
Setelah pelaksanaan pendidikan lanjut diharapkan para anggota muda bisa secara spesifik menguasai keilmuan yang didapat, yang selanjutnya bisa melaksanakan dan mengajarkan ke generasi selanjutnya, minimal bisa menguasai salah satu keilmuan yang di terapkan dalam dikjut. Karena setelah dikjut anggota muda diarahkan kepengembaraan salah satu keilmuan yang didapat, untuk syarat mendapatkan Nomor Pokok Anggota (NPA) dan secara penuh menjadi anggota KMPA FAKTAPALA.
Untuk bisa memahami apa itu organisasai pecinta alam memang tidak hanya sekedar masuk ke dalam club atau kelompok pecinta alam atau penggiat alam bebas. Pendidikan kepecinta alaman juga sangat diperlukan tidak hanya sebagai syarat untuk mendapatkan keanggotaan secara penuh, namun juga sebagai bekal dalam melaksanakan kegiatan di alam bebas, bercermin dari kasus kawan-kawan MAPALA Univ Yarsi yang diberitakan hilang di gunung Salak dan temen-temen pendaki dari UGM yang naik gunung Merapi pada awal bulan februari ini merupakan pelajaran berharga bagi para penggiat alam bebas terutama para pendaki yang dari kelompok pecinta alam atau klub penggiat alam bebas. Bahwasanya mendaki gunung itu perlu persiapan yang sangat matang, tidak hanya mengandalkan kemampuan tekhnik pendakian, cukupnya logistik selama kegiatan namun kita juga harus bisa membaca kondisi alam yang akan kita jelajahi.
Demikian sekelumit tulisan dari sang petualang yang sudah lama tidak melakukan petualangan, semoga apa yang didapat dari postingan ini bermanfaat bagi para blogger dan para petualang serta penggiat alam bebas.

Salam Lestari
GO GREEN INDONESIA........................!!!!!!




» Read More....

[JPers] Savern Suzuki gadis kecil yang bisa membungkam para petinggi PBB

Sabtu, 31 Januari, 2009 08:36
Dari:
"kuscartenz"
Tambahkan Pengirim ke Kontak
Kepada:
jejakpetualang@yahoogroups.com

Dari milist tetangga.
Savern Suzuki

Ceritaini berbicara mengenai seorang anak yg bernamaSevern
Suzukiseorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental
Children's Organization ( ECO ).

ECO sendiri adalah Sebuah kelompok kecil anak" yg mendedikasikan diri
Untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah"
lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB
tahun 1992, dimana pada saat itu Seveern yg berusia12 Tahunmemberikan
sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( danmembungkam)
beberapa pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia12 tahunhingga bisa
membuatRUANG SIDANG PBBhening, lalu saat pidatonya selesai ruang
sidang penuh dengan orang" terkemuka yg berdiri dan memberikan Tepuk
Tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: ( sumber The Collage Foundation )

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental
Children Organization

Kami Adalah Kelompok dari kanada yg terdiri dari anak" berusia 12 dan
13 tahun. Yang mencoba membuat Perbedaan: Vanessa Suttie, Morga,
Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk
bisa datang kesini sejauh 6000 mil. Untuk memberitahukan pada anda
sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, Hari ini
Disini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan
masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum
atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi
semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak" yg kelaparan di seluruh dunia yang
tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang" yang sekarat yang
tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan
habitat nya. kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubang
nya lapisanOZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak
tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di di Vancouver bersama ayah saya hingga
beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan"nya penuh dengan
kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang" dan tumbuhan satu
persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar
binatang" liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung
dan kupu". tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal" tersebut bahkan
masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah" kecil ini ketika
anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap
bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahan
nya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua
pemecahan nya tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda
sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon
kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan" salmon ke sungai
asal na..
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang" yang telah
punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan Hutan-Hutan seperti sediakala di
tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir.
Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya.
TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah deligasi negara-negara anda. Pengusaha, Anggota
perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenernya anda adalah
ayah dan ibu, saudara laki" dan saudara perempuan, paman dan bibi -
dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua
adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih
dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi
udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan
tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya Hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita
semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu
untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak
ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di Negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kami
membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.
walaupun begitu tetap saja negara" di utara tidak akan berbagi dengan
mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk
kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan
dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda,
komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami
menghabiskan waktu dengan anak" yang hidup di jalanan. Dan salah satu
anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku kaya ,
dan jika Aku kaya, Aku akan memberikan anak" jalanan makanan, pakaian
dan obat-obatan, tempat tinggal . dan Cinta dan Kasih sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan yang tidak memiliki apapun,
bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih
begituserakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak" tersebut berusia sama
dengan saya , bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang
begitu besar. bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak" yang
hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan
di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .

Saya hanyalah Seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua Uang
yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat
kemisikinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa
indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak anda mengajarkan kami untuk
berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan
orang lain.
Mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan.
Tidak menyakiti makhluk hidup lain, Berbagi dan tidak tamak.

Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarakan pada kami
supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri Konfrensi ini. mengapa anda
melakukan hal ini - kami adalah anak" anda semua , Anda sekalianlah
yang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua
seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak" mereka dengan
mengatakan " Semuanya akan baik-baik saja ". 'kami melakukan yang
terbaik yang dapat kami lakukan' dan ' ini bukanlah akhir dari segalanya'

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut
kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda
semua?
Ayah saya selalu berkata ' kamu akan selalu dikenang karena perbuatan
mu bukan oleh kata" mu '

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari.
kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami.

Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata" tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatian nya.

ServernCullis- Suzuki telah membungkam 1 ruang sidang Konfrensi PBB,
membungkam seluruh Orang" penting dari seluruh dunia hanya dengan
pidatonya, setelah pidato nya selesai serempak seluruh Orang yang
hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang
meriah kepada anak berusia 12 tahun.

dan setelah itu ketua PBB mengatakan dalam pidato nya..

" Hari ini Saya merasa sangatlah Malu terhadap Diri saya sendiri
karena saya baru saja disadarkan betapa penting na linkungan dan isi
nya disekitar kita oleh Anak yang hanya berusia 12 tahun yang maju
berdiri di mimbar ini tanpa selembar pun Naskah untuk berpidato,
sedang kan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh
assisten saya kemarin Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak
yang berusia 12 tahun "

------------ --------- --------- --------- --------- ---------

Cerita ini benar" terjadi dan pidato severn Cullis-Suzuki itu benar"
pidato yang dikatakan nya dalam pidato tersebut tanpa dilebih" kan .

Apa yang anda dapat dari cerita tersebut?

posting ini aku terbitkan tanpa editing dari milis Jejak Petualang


» Read More....

Apakah seperti ini Pecinta Alam Indonesia Abad 21 ?

Seandainya pohon bisa memberontak dan bicara tentunya ia bakal menjerit ketika ditebang, seadainya satwa liar itu bisa bicara tentunya ia bakal menyelamatkan hidupnya, namun kita sebagai manusia punya mulut, hati, telinga, otak malah diam saja melihat, mendengar jeritan-jeritan alam yang rusak ditangan kerakusan spesies manusia seperti kita ini. Apakah kita bangga dengan kekuasaan kita sendiri sementara kita telah melakukan bunuh diri secara perlahan bersama-sama oleh perbuatan kita sendiri.
Sebelum kita membahas pecinta alam dan kegiatannya mari kita pahami betul apa epistemologi dari “Pencinta Alam”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Cinta mempunyai empat makna, yakni, [1] ‘suka sekali’ ; ‘sayang benar’ ; [2] ‘kasih sekali’ ; terpikat’ ; terpikat ; [3] ‘ingin sekali’ ; berharap sekali ; ‘rindu’ ; dan [4] ‘susah hati ; risau’ (1993 -190). Yang artinya pencinta diberi makna ‘orang yang suka akan’ (h191). Selain itu kata alam yang diserap dari bahasa Arab, di Indonesia berkembang sehingga mempunyai tujuh makna. Ketujuh makna itu ialah [1] ‘segala ada yang dilangit dan dibumi’ ; [2] ‘lingkungan dan kehidupan’ ; [3] ‘segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan dianggap satu lingkungan dan dianggap sebagai satu keutuhan’ [4] ‘segala daya yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini [5] ‘yang bukan buatan manusia’ ; [6] ‘dunia’ ; dan [7] ‘kerajaan ; daerah ; negeri ‘ (h.22). Kalau kedua kata tersebut digabung maka arti dari pencinta alam adalah ‘orang yang sangat suka akan alam’.
Namun tidak disaat ini, pencinta alam yang sebenarnya hanya pantas ditunjukan pada masyarakat asli hutan, organisasi non pemerintah yang peduli terhadap lingkungan dan alam, individu yang peduli dengan lingkungan hidup lewat kemampuan yang dia bisa, seperti menanam pohon, membuang sampah tidak sembarangan, tidak memelihara satwa liar yang dilindungi UU, tidak menebang pohon ditaman nasional dan disekitar hutan lainnya, naik sepeda, menulis tentang lingkungan, membuat film tentang hutan dan kelestariannya, dan masih banyak lagi bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Makna ‘orang yang suka akan alam’ berarti manusia yang peduli dengan alam dan menjaga kelestariannya. Dengan menjaga kelesatariannya berarti ia membela nasib hutan dan satwa liar yang sedang mengalami kepunahan bukan berpetualang menantang andrenallin naik gunung, memanjat tebing, atau membuka jalur untuk latihan atau dengan bangga bisa menaklukan alam.
Sejarah memang harus dipelajari tentang pendirian pencinta alam yang motori almarhum Soe Hok Gie, Herman Lantang dan kawan-kawan. Di era 60-an memang terjadi pergolakan masa transisi kemerdekaan. Invansi politik praktis diluar kampus Universitas Indonesia lewat organisasi dan kesatuan aksi mahasiswa dari berbagai atribut dan ideologinya berusaha memasuki Universitas. Namun, Almarhum Soe dan rekan-rekannya tidak peduli dan menjadi kelompok yang tidak memihak dengan kemelut politik saat itu. Mereka lari ke gunung dan pergi ke tempat-tempat sepi terpencil. Kalau penulis menyimpulkan contemplasi ala raja-raja Jawa seperti pendeta-pendeta hinduisme. Mereka paham waktu itu posisi benar-benar terjepit. Kebersamaan dan pengalaman itulah lahir istilah pencinta alam, yaitu Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Prajnaparamita FSUI. Di Tahun 1971 nama Prajnaparamita dilepas diganti dengan Mapala UI. Alhasil bangsa yang euforia ini bermunculan organisasi pencinta alam baik dari kampus dan diluar kampus.
Kegiatan mereka hanya berlarian ke gunung, ke goa, ke tebing hanya untuk menikmati alam. Jaman abad ini sudah berubah namun masih ada saja organisasi pencinta alam baik dari kampus dan masyarakat yang bergiat untuk naik gunung, ke goa, arung jeram, ke tebing atau pendidikan seperti gaya militer, menggampar seenaknya calon peserta dengan alasan biar berdisiplin seperti militer. Padahal pendidikan ala militer dewasa ini dengan kekerasan sudah mulai dikurangi.
Pernah penulis mendengar cerita dari aktivis lingkungan dari negeri yang hutannya sudah hilang bahwa seandainya gunung itu dipenuhi sampah dan hutannya gundul, iklimnya panas, sungai dipenuhi limbah pabrik, tebing karst di bom dan batunya diambil untuk bahan lantai, meja, dan satwa liar yang eksotik punah seperti Harimau Jawa, Jalak Bali. Apakah organisasi pencinta alam baik itu dikampus maupun diluar kampus diam saja melihat itu semua.
Memang hutan Indonesia belum parah meski terlihat parah atau sungai-sungai masih belum tercemar hingga bisnis olah raga arus deras pun menjamur atau gunung masih ada tempat menarik meski jauh paling atas, goa-goa masih banyak yang bagus, tebing-tebing masih menjulang tinggi toh mereka hanya santai-santai saja atau tidak perduli sama sekali lebih mementingkan event-event kejuaraan atau pelatihan-pelatihan yang tidak ada hubungannya dengan makna dari pencinta alam. Sangat tragis benar.
Apa ada yang salah dari Almarhum Soe Hok Gie dan kawan-kawan lamanya hingga penerusnya hanya mementingkan kepuasaan sesaat atau kode etik pencinta alam Se-Indonesia yang syahkan bersama dalam gladian ke-4 yang setiap kegiatan wajib dibacakan setiap kegiatan seperti maksud dari pesannya Pencinta Alam Indonesia adalah sebagai dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab kami kepada Tuhan, Bangsa dan Tanah Air. Dengan kesadarannya mereka (Pencinta Alam) menyatakan pada poin 2 yang isinya memelihara alam beserta isinya menjadi ucapan atau janji tanpa makna (Lip Service).
Namun hasilnya pun hutan tetap gundul, satwa liar makin lama makin punah, bencana lingkungan mulai bermunculan, bahkan pemanasan global yang dibicarakan setiap negara dan para aktifis lingkungan dari LSM dengan gencarnya mencari solusi. Sedangkan organisasi yang namanya Pencinta Alam belum menunjukan taringnya untuk peduli terhadap lingkungan. Bahkan hanya bisa dihitung oleh jari organisasi pencinta alam yang peduli terhadap lingkungan. Atau menurut saran respon dari pembaca tulisan Quo Vadis Pecinta Alam yang ditulis penulis mending diganti saja nama pencinta alam dengan nama jenis petualang. Biar tidak terjadi pembiasan makna dari kata Pencinta Alam.
Alhasil, makin sepinya minat pemuda sekarang untuk masuk organisasi pencinta alam. Tradisi lama masih dipakai tidak ada formulasi-formulasi baru untuk merefleksikan kegiatan-kegiatannya. Atau organisasi pencinta alam dewasa ini telah bangga dengan “establishment” (kemapanan). Kebiasaan-kebiasaan lama yang harus ditinggalkan malah terus diulang-ulang saja seperti pendidikan dengan kekerasan atau perbedaan yang antara senior dan yunior, pendendaman akibat dari pendidikan yang keras, menebang pohon untuk simulasi SAR, atau pembukaan jalur. Meski kecil namun tetap saja kita memberikan pendidikan yang tidak baik terhadap masyarakat sekitar gunung atau hutan.
Pernah penulis ditanya saat masuk organisasi mahasiswa pencinta alam waktu masih kuliah dulu oleh senior, apa tujuan anda masuk pencinta alam? Penulis menjawab ingin mengenal alam lebih dekat. Namun, ketika pendidikan tidak dikenalkan dengan alam malah disiksa di bentak meski tidak ada kekerasan fisik, membuka jalur hutan dengan parang seperti kesatria.
Ironisnya, bencana-bencana alam tidak separah di jaman itu. Namun saat ini kita mendengar dan merasakan dampak dari penyakit lingkungan seperti pemanasan global, banjir, longsor, tsunami, belum lagi penyakit-penyakit aneh lainnya. Apa kita sebagai pencinta alam terus merenung naik gunung?Apa kita sebagai pencinta alam masih saja manjat memenuhi kepuasaan jiwa? Apa kita sebagai pencinta alam terus menelusuri goa?Apa kita sebagai pencinta alam terus pergi keriam berarung jeram melintasi sungai?Apa kita sebagai pencinta alam bangga dengan ucapan sebagai penikmat alam? Waktunya kita bergabung dan belajar dari organisasi-organisasi non pemerintah, masyarakat dengan kearifan tradisional sekitar hutan yang peduli terhadap lingkungan untuk melakukan sinergi bersama mencari solusi tentang kerusakan alam. Ini tugas semua pencinta alam Indonesia di abad 21 ini. Waktunya meninggalkan dunia petualang. Take Action Now
|di ambil dari posting Oleh Lutfi Pratomo di berita habitat.net

» Read More....

Belajar Dari Kejadian Gunung Salak Dan Merapi

sudah dalam satu minggu ini kita mendengar dan melihat berita hilangnya para pendaki gunung yang nota bene merupakan kelompok pecinta alam satu tim dari universitas YARSI hilang di gunung salak jawa barat dan satu tim dari Universitas Gadjah Mada hilang di gunung merapi Jawa Tengah. alkhamdulillah semuanya ditemukan dalam
kondisi selamat. Namun, kondisi mereka cukup memprihatinkan. Lima
orang dalam kondisi kelaparan, walaupun seorang lainnya dari tim UGM yang mendaki di gunung merapi mengalami patah tulang
kaki dan kanan.

Korban yang pertama kali ditemukan adalah Zuhri Habibullah (18), yang
ditemukan oleh Rusmanto (34) penduduk Desa Gowok Sabrang. Zuhri
ditemukan setelah tergelincir dari bukit ke Sungai Kali Tringsing.

"Saat ditemukan, dia terkapar di tepian kali yang kebetulan dekat
dengan jalan setapak. Dia lalu diselamatkan dengan cara ditandu dengan
menggunakan batang pohon," kata Rusmanto saat ditemui detikcom di RSUD
Muntilan, Kabupaten Magelang Jawa Tengah, Selasa (3/2/2009).

Setelah sampai di pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan sekitar pukul
10.00 WIB, Zuhri langsung dilarikan ke RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Sampai di RSUD Muntilan, Zuhri langsung masuk
ke UGD RSUD Muntilan dan menjalani perawatan.

Setelah itu, kelima pendaki lainnya ditemukan. Mereka adalah Fachrul
Rozi (18), Ikrar Reza (19), Rizky Al Ikhlas (18), Prima Yudha (18) dan
Zangga (18). Mereka yang merupakan mahasiswa Fakultas Teknik itu dalam
kondisi lemas dan kelaparan.

Kelima pendaki ini ditemukan oleh Kirun (35), salah satu penduduk yang
sedang mencari rumput di sebelah barat puncak Gunung Merapi. "Saat itu
saya sedang mencari rumput di sebelah barat kaki Gunung Merapi.
Tiba-tiba ada rombongan pendaki yang sedang datang dengan
tergopoh-gopoh. Dia mengeluh minta tolong tersesat dan minta makanan
karena kelaparan," tegas Kirun (37) kepada detikcom.

Begitu melihat kondisi kelima pendaki pucat dan lemas, akhirnya Kirun
bersama Rukardi meminta pertolongan ke penduduk lainnya. Dengan
dinaikkan sepeda motor, kelima pendaki kemudian dievakuasi ke Pos
Pengamatan Gunung Merapi Desa Babadan, Kecamatan Dukun, Kabupaten
Magelang.

Kelima mahasiswa UGM itu sekitar pukul 12.45 WIB dipertemukan dengan
Zuhri di UGD RSUD Muntilan oleh tim SAR Yogyakarta. Suasana haru
mewarnai pertemuan mereka.

Usai sadar dari pingsannya, Zuhri angsung mengeluarkan air mata saat
bertemu kelima temannya. Dia merasa bersyukur kelima temannya selamat.
Sementara kelima pendaki itu langsung dibawa ke Yogyakarta setelah
mendapat penanganan medis. Sedangkan Zuhri masih harus dirawat intensif.

Tidak Melapor

Para mahasiswa UGM ini mulai mendaki Merapi pada Sabtu lalu. Namun,
diduga mereka tidak melapor terlebih dulu ke Pos Pengamatan dan
Pendakian Merapi di Pos Selo, Yogyakarta. "Sempat lapor nggak yah?
Siapa yang lapor yah? Sempat ada orang penjual suvenir yang tahu,"
tegas Zuhri, salah seorang pendaki.

Namun, Zuhri tidak menjelaskan apakah rombongannya mampir dan masuk ke
pos pendakian Selo lebih dulu dan absen sebagai tanda melapor di pos
pengamatan Merapi dan Pendakian Pos Selo, Yogyakarta atau tidak. Zuhri
mengaku bahwa kegiatan pendakian itu dilakukan dalam rangka syukuran
salah satu temanya. Tidak acara resmi yang dilakukan oleh kampus UGM.

Menurut Zuhri, dirinya dan teman-temannya tiba di Pasar Bubar pada
Sabtu malam, lantas mendirikan tenda karena hujan lebat. Usai hujan
lebat, Minggu pagi, mereka melanjutkan perjalanan ke Puncak Garuda
yang merupakan puncak pendakian.

"Dengan membawa bekal hanya satu botol aqua, kami naik menuju ke
Puncak Garuda. Kami optimistis, sebab tidak terjadi hujan dan kabut
tidak begitu tebal. Paling tidak dalam waktu dua sampai tiga jam kami
optimis akan sampai di Puncak Garuda," tegas Zuhri.

Namun, sesampai di Puncak Garuda, tiba-tiba kabut menebal dan hujan
disertai angin kencang datang tiba-tiba. Akhirnya mereka kebingungan
untuk turun dan saat itulah tidak tahu berada di posisi mana.

"Saat itulah saya berinisiatif untuk memisahkan diri mencari
pertolongan ke penduduk desa setempat. Namun, saya malah tergelincir
dan tidak sadarkan diri. Tahu-tahu ditemukan penduduk setempat," tegas
Zuhri.
ada sebuah pembelajaran bagi kita semua sebagai pengiat alam bebas, bahwasannya mendaki itu perlu persiapan yang sangat matang, kita perlu belajar dari pengalaman senior-enior kita bahwa kalau sudah masuk bulan februari banyak badai ketika berada di puncak gunung. kalau memang kita punya program pendakian dalam bulan itu maka persiapan harus bener-bener ekstra. apakah temen-temen UGM dan temen-temen pendaki yang lain tidak belajar kasus MAPAGAMA februari 2001 dimana 5 0rang anggotanya tewas dalam pendakian 5 jalur di Gunung Slamet Jawa tengah?.juga sekedarmengingatkan tahun 1993 juga pada bulan februari 10 orang pendaki tewas di gnung Slamet, semuanya mempunyai julukan PENDAKI GUNUNG.
dengan melihat fenomena di atas sudah sepantasnya kita sebagai penggiat alam bebas belajar dari bahasa alam... terimakasih
dari berbagai sumber
SALAM RIMBA






» Read More....