“5 june 2011..WORLD ENVIRONMENT DAY “forests: nature at your service” HUTAN merupakan komponen penting bagi bumi dalam perannya untuk menjaga keseimbangan EKOSISTEM, kerusakan hutan sekitar 1,1 juta hektar/tahun di ndonesia ,sedang kemampuan pemuliha hanya sekitar 0,5juta hektar/tahun…jagalah sumber daya alam kita, agar dapat bermanfaat secara berkelajutan.”
Itulah kalimat dari sebuah pesan singkat yang masuk kedalam ponselku semalam yang di kirim oleh kawanku yang merupakan aktifis pecinta alam, di sela kesibukannya mengajar anak muridnya yang sedang menghadapi ujian akhir sekolah ternyata masih sempat terpikir untuk memberitahukan kepada kita tentang hari lingkungan hidup sedunia yang diperingati setiap tanggal 5 Juni. Pesan singkat tersebut isinya terkesan sangat klise namun itulah kondisi real hutan yang ada di Indonesia pada saat ini, yang notabene di kuasai oleh para oknum pemegang HPH yang berdalih mengelola hutan namun pada prakteknya sering kita lihat terjadi penebangan hutan secara resmi namun dilakukan dengan cara liar dan membabi buta. bencana banjir yang mrupakan efek dari penebangan tersebut dan sudah sangat jelas penyebabnya seolah hanya sekedar menjadi head line berita di media tanpa kemudian ada tindakan yang urgent untuk mencegah terjadinya banjir lagi dimasa-masa yang akan datang yang terjadi masyarakat menyalahkan pemerintah dan pemerintah juga menyalahkan masyarakat. Lalu sebenarnya siapa yang salah ya?
Jangankan pemasalahan hutan yang sudah melibatkan banyak pemegang kebijakan, baik itu cukong yang menjadi oknum pemegan HPH ataupun pemerintah daerah yang memegang wilayah hutan tersebut, namun dengan berdalih meningkatkan PAD maka hutan tersebut di babat untuk dijadikan kawasan industri namun ujung-ujungnya korupsilah yang terjadi dan yang menjadi korban adalah masyarakat kecil.
Selain masalah tersebut hal-hal yang dalam kesehariannya kita jalani juga banyak masyarakat (bahkan kita) yang kurang atau bahkan tidak peduli dengan lingkungan sekitar kita.Belakangan ini rutinitasku hampir tiap pagi melakukan jalan pagi bersama istri yang kata orangtua untuk melancarkan kelahiran putra pertamaku, dalam melakukan jalan pagi setiap harinya selalu melalui rute jalan yang berbeda-beda, selain untuk tidak membuat rutinitas jalan pagi ini membosankan sekaligus ingin mengetahui jalan-jalan yang kita lalui dan mengenal beberapa tetangga yang jarang bertemu ( kita warga baru ) dalam rutinitas jalan pagi ini setiap paginya selalu menemui kejadian-kejadian yang mungkin sepele,menggelikan dan kadang dijadikan bahan joke kita berdua namun juga membuat kita miris ketika melihatnya sering sekali setiap barjalan istriku sudah memperungatkan “awas tuh ada ludah tar keinjek bawa penyakit ” hal yang sanagt sepele dan kadang tanpa kita sadari, artinya memang kesadaran kita sebagai masyarakat masih kurang karena setiap harinya kita selalu melakukan hal-hal yang mencemari lingkungan kita sendiri seperti halnya membuang ludah di jalan, baik itu sedang jalan kaki, naik motor bahkan ketika naik mobil yang kadang hal tersebut menjadi biang keributan pemakai jalan karena ketika seseorang meludah dari motor atau mobil mengenai penguna jalan lain, bayangkan kalau di Indonesia ada aturan seperti di singapura meludah di sembarang tempat kena denda mungkin negara kita tertib (mimpi gak ya?)
Tidak hanya permasalahan meludah sembarangan namunkalau kita amati , tidak menjamin orang kaya itu sadar dengan lingkungan sekitarnya, bahkan selain meludah dari mobil mereka juga sering membuang sampah dari mobil, yang sampah bungkus makanan, tisu,kulit buah, dan banyak lagi, mungkin mereka menganggap jalanan itu adalah tempat sampah besar, padahal di dalam mobil sudah tersedia tempat sampah (buat hiasan interior mobil?) kenapa sampahnya masih suka dibuang ke jalanan ya?
Dilain pagi kita berjalan masuk ke taman kota di mana dalam taman kota tersebut kesan yang terlihat adalah asri, bersih dan nyaman, karena di situ ada joging track utuk olah raga bahkan di setiap sudut ada tempat sampah untuk tiga jenis sampah, yang bertuliskan “ORGANIK” “UNORGANIK”dan “KERTAS” sangat jelas tertulis spesifikasi sampah yang harus dimasukan ke dalam tempat sampah tersebut, namun realitas prakteknya sangat jauh panggang dari api,masyarakat pengunjung taman kota entah paham atau tidak dengan tulisan yang ada di tempat sampah tersebut, karena pada kenyataanya sering isi dan tulisannya berbeda, tempat sampah “ORGANIK” diisi plastik, tempat sampah “UNORGANIK”isinya sampan daun atau kertas, mungkin maklum kalau belum paham dengan bahasa tersebut namun tempat sampah yang jelas-jelas bertuliskan “KERTAS” isinya plastik, bahkan yang lebih parahnya lagi, ada tempat sampah banyak seperti itu tetap saja banyak sampah yang berserakan di sekiranya terutama di pintu keluar, apakah sudah sedemikian tidak pedulkah masyarakat (kita) dengan kondisi lingkungan sekitarnya??
Kita sering melihat stiker atau spanduk yang bertuliskan “STOP GLOBAL WARMING” “SAVE OUR EARTH” ataupun “LESTARIKAN BUMI KITA DEMI ANAK CUCU KITA KELAK” namun apakah tulisan tersebut hanya sekedar slogan ataukah memang kitasebagai masyarakat tidak peduli? Karena tetap saja melakukankegiatan yang bertentangan dengan tulisan tersebut, dalam hari bumi bulan april kemarin perusahaan ritel tempat saya bekerja melakukan kampanye 1 BULAN TANPA MENGGUNAKAN PLASTIK, namun kompensasinya terhadap customer yang mau tidak menggunakan plastik kita ganti dengan marchandise yang memang disediakan, artinya apakah memang belum ada kesadaran secara mandiri dalam penanggulangan masalah lingkungan?
Mungkin para anggota pecinta alam yang notabene juga aktifis lingkungan seringkali dalam peringatan hari bumi (setiap 22 April) ataupun hari lingkungan hidup (setiap 5 juni) mereka melakukan aksi untuk memperingati hari-hari tersebut, sayangnya hal tresebut seringnyai hanya sekadar symbol dan slogan penyelamatan lingkungan tanpa ada tindakan kongkrit untuk menyelamatkan kondisi lingkungan yang sudah sangat parah, saya pernah mempunyai pengalaman dimana para pendaki gunung dengan idealisme “JANGAN MENINGGALKAN SESUATU KECUALI JEJAK” mereka membawa turun sampah-sampah plastik ataupun yang tidak bisa terurai di tanah, namun ketika melakukankegiatan sehari-hari mereka membuang sampah sembarangan dengan dalih “ ada petugas kebersihan kok” saya hanya tersenyum dan merasa miris mendengar kalimat tersebut. seorang yang memproklamirkan dirinya sebagi pecinta alam saja omongan dan perlakuan terhadap lingkungan seperti itu, apalagi mungkin orang awam yang tidak di dasari pengetahuan tentang wawasan lingkungan hidup?
Marilah kita mulai sekarang ini mencoba untuk lebih peduli dengan lingkungan sekitar kita, kita tidak ingin seperti lagunya Iwan Fals
“LESTARIKAN ALAM HANYA SEKADAR CELOTEH BELAKA
LESTARIKAN ALAM MENGAPA TIDAK DARI DULU SAJA”
» Read More....